
Setelah penantian panjang penuh teka-teki, Death Stranding akhirnya dirilis dan menyita perhatian komunitas gamer global. Game ini menjadi debut Kojima Productions sebagai studio independen setelah perpisahan Hideo Kojima dengan Konami. Dengan menawarkan genre baru bertajuk “social strand system”, Death Stranding menghadirkan pendekatan yang belum pernah dijajal sebelumnya oleh game manapun.
Death Stranding berlatar di masa depan, di mana peradaban manusia hampir punah akibat peristiwa supranatural bernama "Death Stranding". Peristiwa ini membuka batas antara dunia orang hidup dan yang mati, memunculkan makhluk tak kasat mata yang dikenal sebagai BT (Beached Things). BT ini tidak hanya berbahaya, tapi juga memicu fenomena mengerikan bernama voidout — ledakan besar yang meninggalkan kawah raksasa di dunia nyata.
Tokoh utama, Sam Porter Bridges, diperankan oleh Norman Reedus, adalah seorang kurir yang membawa harapan baru bagi Amerika Serikat yang telah terpecah belah. Misinya adalah menghubungkan kembali kota-kota yang tersebar di seluruh negeri melalui jaringan digital bernama Chiral Network. Meski tampak sederhana, perjalanan Sam dibalut dengan banyak konflik emosional dan ketegangan yang menyentuh nilai-nilai kemanusiaan, kesepian, dan konektivitas.
Pada intinya, gameplay Death Stranding mengharuskan pemain mengantarkan barang dari satu tempat ke tempat lain. Namun, tantangan datang dari berbagai faktor: medan berat, cuaca ekstrem (Timefall yang mempercepat penuaan), BT, serta kelompok manusia seperti MULE dan Homo Demens yang akan mencuri atau menyerang kurir.
Pemain harus mempertimbangkan keseimbangan beban, strategi rute, serta memanfaatkan berbagai perlengkapan seperti tangga, tali, dan kendaraan. Sam juga dapat membangun struktur seperti jembatan, generator, dan zipline untuk membantu perjalanan. Manajemen logistik dan stamina menjadi aspek utama yang membuat pemain terus berpikir strategis.
Perjalanan Sam akan terasa sangat sulit tanpa perlengkapan seperti PCC (Portable Chiral Constructor) untuk membuat fasilitas, atau senjata khusus yang menggunakan darah Sam untuk melawan BT. Namun, perlengkapan ini membutuhkan resource yang harus dikumpulkan atau didaur ulang dari lingkungan sekitar.
Death Stranding tidak mendorong pemain untuk membunuh musuh secara sembarangan. Mayat yang dibiarkan akan menjadi BT baru dan menciptakan ancaman yang lebih besar. Oleh karena itu, senjata non-lethal menjadi solusi yang lebih bijak meskipun kurang efektif dalam situasi kritis.
Salah satu elemen paling inovatif dalam game ini adalah mekanisme sosial yang tidak mengandalkan mode multiplayer tradisional. Pemain bisa meninggalkan jejak berupa struktur, pesan, dan bantuan item yang dapat digunakan oleh pemain lain di dunia mereka. Sistem ini menciptakan rasa koneksi dan solidaritas, tanpa perlu saling bertemu secara langsung.
Misalnya, kamu bisa membangun zipline di tempat strategis, dan pemain lain yang melewati area itu bisa menggunakannya. Aksi-aksi positif seperti ini bisa mendapatkan "Like", sistem penghargaan khas game ini yang tidak berbentuk poin statistik, melainkan bentuk pengakuan emosional.
Tidak ada yang bisa meragukan kualitas visual Death Stranding. Menggunakan Decima Engine, dunia yang digambarkan begitu indah namun suram. Hutan lebat, pegunungan terjal, dan reruntuhan kota menciptakan suasana yang melankolis namun memikat.
Kojima dikenal sebagai sineas sejati dalam dunia game. Cutscene yang panjang dan penuh dialog terasa seperti menonton film fiksi ilmiah dengan produksi kelas atas. Meski sebagian pemain menganggap cutscene ini terlalu panjang, mereka yang menyukai cerita mendalam pasti akan terkesima.
Selain Norman Reedus sebagai Sam, Death Stranding juga diperkuat oleh aktor Hollywood papan atas seperti Mads Mikkelsen, Léa Seydoux, Margaret Qualley, dan Troy Baker. Penampilan mereka membawa kedalaman emosional yang kuat dalam setiap interaksi karakter.
Chemistry yang terbangun melalui dialog dan cutscene menjadikan pengalaman bermain lebih mendalam dan membuat pemain terikat dengan cerita. Tak hanya karakter utama, karakter pendukung seperti Fragile dan Deadman juga punya latar belakang yang kuat dan penting bagi keseluruhan narasi.
Death Stranding bukanlah game untuk semua orang. Tempo yang lambat, misi pengantaran berulang, dan minimnya aksi eksplosif membuat sebagian pemain merasa jenuh. Namun, bagi mereka yang sabar dan menikmati eksplorasi naratif, game ini menyimpan makna filosofis yang mendalam tentang keterhubungan manusia, pengorbanan, dan eksistensi.
Kojima berhasil membuktikan bahwa industri game bisa menjadi medium untuk menyampaikan ide-ide besar. Dengan desain dunia yang mengagumkan, cerita emosional, serta sistem sosial yang revolusioner, Death Stranding adalah bukti nyata bahwa game tidak harus selalu cepat, keras, dan penuh aksi untuk bisa menyentuh hati pemain.
Baca Juga: Review Game Darksiders Genesis: Arah Baru yang Menyegarkan