Letusan Gunung Tambora 1815: Sejarah dan Dampaknya

Jumat, 03 Januari 2025 21:55

Letusan Gunung Tambora yang terjadi pada tahun 1815 merupakan salah satu bencana alam terdahsyat yang pernah tercatat dalam sejarah. Letusan yang terjadi di Pulau Sumbawa, Indonesia, ini tidak hanya mengubah lanskap daerah tersebut, tetapi juga memberikan dampak besar terhadap kehidupan global pada masa itu. Dalam artikel ini, kita akan membahas lebih dalam tentang sejarah letusan Gunung Tambora, dampak yang ditimbulkan, dan pembelajaran yang bisa kita ambil.

Sejarah Gunung Tambora dan Letusannya

Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, yang merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebelum letusan besar pada tahun 1815, gunung ini dikenal sebagai gunung yang memiliki aktivitas vulkanik tinggi, namun tidak ada tanda-tanda bahwa letusan tersebut akan membawa bencana besar. Pada awal abad ke-19, kawasan di sekitar gunung Tambora, termasuk kerajaan-kerajaan kecil seperti Sanggar, Tambora, dan Pekat, hidup makmur berkat tanah yang subur dan mata air jernih yang mengalir dari gunung. Kehidupan masyarakat saat itu sangat bergantung pada pertanian dan perdagangan rempah-rempah.

Namun, sejak akhir tahun 1814, gejala-gejala alam mulai menunjukkan tanda-tanda keanehan. Suara gemuruh dan getaran gempa vulkanik mulai sering terdengar, sementara binatang liar mulai tampak di dekat pemukiman. Pada awal April 1815, kejadian-kejadian aneh semakin meningkat, dan pada tanggal 11 April 1815, letusan dahsyat pun terjadi. Letusan ini berlangsung selama tiga hingga lima hari, menghasilkan awan panas dan material vulkanik yang menyebar ke seluruh wilayah.

Dampak Letusan di Lokal dan Global

Letusan Gunung Tambora tidak hanya memusnahkan kehidupan di sekitar gunung, tetapi juga memberikan dampak besar di luar kawasan tersebut. Di Indonesia, ribuan orang meninggal akibat letusan dan bencana lanjutan seperti wabah penyakit dan kelaparan. Kerajaan Tambora dan Pekat yang berada di lereng gunung langsung tertimbun oleh material panas, sementara Kerajaan Sanggar yang lebih jauh masih dapat menyelamatkan diri, meskipun menderita akibat wabah dan kelaparan.

Namun, dampak letusan Tambora tidak berhenti di Indonesia. Letusan ini mengubah iklim global dengan cara yang sangat dramatis. Awan vulkanik yang terbentuk akibat letusan menghalangi sinar matahari, menyebabkan penurunan suhu yang sangat signifikan di banyak wilayah. Di Eropa dan Amerika Utara, musim panas tahun 1816 praktis tidak ada, fenomena ini kemudian dikenal sebagai "Tahun Tanpa Musim Panas". Di Eropa, kegagalan panen dan kelaparan melanda, sementara di Amerika Utara, suhu dingin menyebabkan tanaman gagal tumbuh.

Perubahan Iklim dan Dampak Ekonomi

Letusan Tambora juga memiliki dampak ekonomi yang sangat besar. Di Eropa, dampak dari penurunan suhu menyebabkan kegagalan panen yang parah, mengakibatkan kelaparan dan peningkatan kemiskinan. Tahun 1816 menjadi tahun yang penuh dengan kesulitan, dengan banyak negara yang mengalami krisis pangan. Selain itu, kegagalan pertanian ini turut mempengaruhi pasar rempah-rempah dan komoditas lainnya yang bergantung pada produksi pertanian, sehingga berdampak pada perekonomian global pada masa itu.

Korban Jiwa dan Kerusakan yang Ditimbulkan

Secara keseluruhan, letusan Gunung Tambora 1815 mengakibatkan sekitar 92.000 korban jiwa langsung dan tidak langsung. Jumlah ini mencakup mereka yang meninggal akibat letusan itu sendiri, serta akibat bencana lanjutan seperti wabah penyakit dan kelaparan. Secara morfologi, Gunung Tambora yang sebelumnya memiliki ketinggian 4.300 meter dari permukaan laut (mdpl) kini hanya mencapai 2.851 mdpl setelah letusan. Letusan ini juga menghasilkan sebuah kaldera besar dengan diameter rata-rata 7 km dan kedalaman sekitar 1 km, yang kini menjadi daya tarik wisata alam.

Pembentukan Anak Gunung dan Geopark Tambora

Setelah letusan besar tersebut, muncul gunung api baru di tengah kaldera yang dikenal dengan nama Doro Api To’i, yang masih aktif hingga kini. Danau kecil juga terbentuk di tengah kaldera, menambah keindahan alam yang ada di sekitar kawasan ini. Gunung Tambora kini menjadi salah satu destinasi wisata yang terkenal, dengan banyak pendaki yang datang untuk menikmati keindahan alam serta belajar mengenai sejarah letusan besar tersebut.

Pada tahun 2017, kawasan Gunung Tambora diakui sebagai salah satu geopark nasional dan sedang dalam proses pengajuan untuk menjadi UNESCO Global Geopark (UGGp). Keindahan alam dan nilai sejarah yang dimiliki oleh Tambora menjadikannya sebagai situs penting dalam kajian geologi dan sejarah bencana alam.

Kesimpulan: Pelajaran dari Letusan Gunung Tambora

Letusan Gunung Tambora 1815 menjadi salah satu bencana alam terbesar yang pernah tercatat dalam sejarah, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di dunia. Dampaknya yang meluas, baik secara langsung maupun tidak langsung, menunjukkan bagaimana kekuatan alam dapat mempengaruhi kehidupan manusia dalam skala yang sangat besar. Dari peristiwa ini, kita belajar tentang pentingnya kewaspadaan terhadap potensi bencana alam, serta perlunya mitigasi yang tepat untuk mengurangi dampak yang dapat ditimbulkan. Gunung Tambora, meskipun membawa kehancuran besar, juga memberikan pelajaran berharga tentang kekuatan alam dan pentingnya menjaga keseimbangan dengan lingkungan sekitar.

Baca Juga: Kisah Tumenggung Endranata: Pengkhianatan dalam Mataram Islam